Masih melekat dalam ingatan saya ketika Fun pertama kali mengajak saya untuk menikah. Kala itu, rasa senang menghampiri bersamaan dengan rasa takut yang luar biasa. O, ouw.. Bahkan untuk sesuatu yang dinanti-nantikan saja, saya tetap tidak siap untuk menerimanya. At that time, I thought that marriage life was very very very scary, since.. I'VE NEVER EVER PREPARED ABOUT THAT ONE! Bahkan perasaan saja, saya sepertinya 'lupa' untuk menyiapkannya. Mungkin saya kebanyakan nonton sinetron yang isinya perceraian atau terlalu banyak menerima cerita-cerita mengerikan tentang pernikahan, sehingga rasa takut itu berhasil mengalahkan euphoria yang seharusnya muncul di balik sebuah ajakan pernikahan.
Namun beruntunglah saya, memiliki calon pendamping yang dapat diajak berkompromi dalam hampir semua hal, termasuk ketakutan itu sendiri. This and that, we talked about many things. Tentang semua yang saya bayangkan kelak akan muncul dalam sebuah pernikahan kami nanti. Sudah pasti bukan hanya hal-hal yang menyenangkan, tapi justru sarat dengan hal-hal yang tampaknya akan sangat tidak menyenangkan. Entahlah, apakah dapat dianggap wajar atau tidak, ketakutan yang luar biasa. The fear that will probably be nothing, after all.
Well that was me.
And now, as the time goes by, it is good when I say a marriage life is not that scary. Uuuuuuh.. Sebenernya sih, saya mau bilang kalau saya sangat menikmati pernikahan ini, tapi apa daya, masa ujinya baru sebentar, baru 4 bulan saja.. But, yeah, I consider this is as one of my great achievements then.
Kenapa?
Karena konon katanya, berdasarkan curhatan emak-emak dan bapak-bapak yang saya temui, masa-masa awal pernikahan adalah masa yang paling rentan. Penyesuaian di sana-sini, konflik mulai berdatangan, hmm entahlah.. Saya mungkin belum mengalami sejauh itu, maka cerita yang akan saya sampaikan di sini adalah cerita yang baik-baik, dan biasa-biasa saja.
Mengapa biasa-biasa saja?
Karena, as we designed before, saya membutuhkan masa dalam pernikahan saya untuk pacaran, pokoknya isinya pacaran tok! Sambil mempersiapkan hal-hal lain yang lebih berat, dalam masa pacaran ini kami tidak ingin terlalu banyak hal yang berubah karena ini adalah masa transisi. Saya dan Fun bekerja seperti biasa, bahkan sempat Fun berada di mana, saya berada dimana. Sebuah kondisi yang mungkin tidak ingin ditemui oleh banyak pasangan. Huhuhu, kenapa begitu? Karena beberapa orang bilang, kami adalah pasangan yang aneh. Karena kami dalam banyak waktu tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Penampilan kami pun tak banyak yang berubah sepertinya. Bahkan orang di jalan pun tak pernah mengira bahwa kami adalah pasangan yang telah menikah, seperti anak muda yang sedang dimabuk asmara saja, dan seminggu kemudian putus. Heuheu, mungkin karena kami masih kekanak-kanakan yah..
Nama saya juga masih Lely Triyana, belum menjadi Lely Choiri atau Lely T. Choiri, atau apapun itu. Kami pun masih tinggal di sebuah rumah kost yang ya...boleh dibilang ala kadarnya. But I'm happy with this. Saya ingin, kelak ketika kami sudah tidak berada di posisi ini, kami akan mengenangnya dengan baik, karena kami pernah merasakan begitu bahagia dengan segala keterbatasan yang ada.
Yes, this is how it goes.
Pernah suatu kali Fun bertanya, apakah saya masih takut dengan sesuatu yang dinamakan pernikahan? Well, let me answer this way: Basically, semua orang membutuhkan pendamping, tidak hari ini, mungkin esok nanti, tidak esok, mungkin bulan depan, tidak bulan depan, mungkin tahun depan, atau bisa jadi ketika maut hendak menjemputnya sekalipun. Dan sesuatu yang paling sakral untuk menjaganya hanyalah satu cara, dengan membangun pernikahan. That's why, kini saya tidak takut lagi, karena kebahagiaan dari sebuah pernikahan yang baru sedikit saya kecap ini, membawa saya pada suatu visi, kelak ketika saya menua nanti, saya ingin duduk di sebuah beranda rumah kami (bersama Fun tentunya) dan kami tersenyum karena pernah mengecap begitu baaaaanyaaaak kebahagiaan dari sebuah penikahan.
Tulisan ini, sama sekali tidak bertujuan untuk membuncahkan rasa penasaran bagi yang ingin menikah namun belum dapat melangsungkannya. Karena saya tahu, tidak mudah menemukan seseorang yang bisa kita percaya untuk dibawa menuju gerbang pernikahan. Percayalah, menikah akan sama bahagianya ketika kita belum menikah dulu. Namun, seperti saya sampaikan tadi, baik disadari maupun tidak, pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pendamping. Tak perlu tergesa-gesa dalam mencari, sambil menanti the right one, ada baiknya mempersiapkan segala sesuatunya agar tidak ketakutan seperti saya ^.^
Keep up your spirit, mates!
#Repost, June 1, 2011#
0 comments:
Post a Comment