Membaca notes seorang sahabat yang berjudul "Kaget", saya jadi lebih kaget lagi.. Terdiam beberapa jenak dan tak terasa rasa kagetnya lebih tergali dan jadi mengkait-kaitkan banyak hal kepada notes ini.
Well yah.. Maksud hati gak pingin balas-balasan tulisan, tapi kok rasanya butuh media untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran, dengan harapan bisa menjembatani sebuah gap yang baru kusadari sepertinya akan membesar dan kurasa tidak baik jika kubiarkan begitu saja. Semoga tulisan ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan perasaan kecewa itu perlahan-lahan menghilang. Semoga.. Semoga.. Semoga..
Huuffff, bukan hal mudah ternyata menata hati itu.. Semakin kusadari saat ini, mengapa saya lebih banyak diam ketika sesuatu bergejolak dalam hati. Semakin kusadari juga sejatinya saya adalah orang yang mudah sekali terpancing jika kondisi sekeliling dirasa kurang kondusif. Semuanya dapat terlihat jelas ketika saya kecewa, marah, sedih, bahkan bahagia. Hehehe, sampai saat ini belum bisa mengatasinya dengan baik, hanya berusaha agar terus tidak menyakiti hati orang lain.
Namun terkadang sesuatu itu memang boleh jadi tidak pada tempatnya. Selama ini mungkin, "diam"-ku membuat kebanyakan orang bertanya-tanya, pernyataan dan sikapku menorehkan luka yang dalam di hati seseorang, apalagi sahabat sendiri. Dengan segala kerendahan hati ingin sekali mengumpulkan mozaik-mozaik menjadi sebuah kata maaf dan berharap tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini di kemudian hari. Dan oleh karena itu tulisan ini ada..
Umm, butuh sekitar beberapa jam untuk kemudian memutuskan membuat tulisan ini. Banyak hal yang kupikirkan ketika membaca notes itu dan bagaimana menanggapinya dengan baik karena sepertinya disana, kekecewaan itu terlampau dalam. Sungguh pagi ini saya merasa harus berpikir keras, tentang bagaimana sikap dan perilaku saya selama ini. Saya boleh dibilang tipikal orang yang sangat cuek terhadap banyak hal, tapi tidak untuk kali ini. Kubaca notes itu berkali-kali, untuk memahami betul apa yang sebenarnya terjadi. Notes itu mengingatkan saya akan banyak hal. Terutama, bahwa baik buruknya sikap kita maka akan menimbulkan penilaian di mata orang lain. Dan untuk beberapa alasan tertentu hal ini tidak boleh dianggap remeh. Terlebih ketika seseorang telah menjadikan kita panutan baginya. Hal ini lah yang belum kusadari secara penuh sebelumnya.
Selama ini yang terpikir, saya hanya seorang gadis kecil yang merajut mimpi-mimpinya sekuat tenaga agar menjadi mimpi yang besar. Mencoba sebisa mungkin tidak menyakiti hati orang lain karena sadar betul hati ini pun tak kuat jika menerima hal yang menyakitkan. Selalu berpura-pura tegar agar kelak menjadi benar-benar tegar. Selalu berpura-pura kuat agar kelak benar-benar menjadi kuat. Mencoba untuk tidak pernah terlihat marah ketika hati sebetulnya sedang amat sangat marah. Karena kutahu, jika berlanjut maka akan dengan sangat mudah menyakiti hati orang lain..
Tapi kawan, jika kau tanya mengapa.. Maka akan kuungkap alasannya. Jika tidak sekarang, pasti nanti. Karena masih membutuhkan waktu untuk menata hati ini. Dan maafkan jika itu membuatmu kecewa. Mengutip ungkapan salah seorang sahabat, "Orang yang berusaha menjadi kuat terkadang terlihat begitu lemahnya." Mungkin inilah saya selama ini. Sekali lagi mohon maaf atas segala kekecewaan yang ada. Terima kasih telah memberikan sebuah pembelajaran yang berarti. Dan jika tulisan ini belum dapat menjawabnya. Waktu yang lapang selalu ada untukmu menata hati.
Karena kutahu, segala sesuatunya tidak akan pernah sama seperti kelihatannya. Seorang perempuan kuat yang kau kenal selama ini, tak ubahnya seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Lebih sering terjatuh dan menangis. Hatimu yang kupikir baik-baik saja ternyata menyimpan sebuah kekecewaan tak terbendung. Wajahku yang tertawa di acara reuni itu, ternyata menyimpan sebuah kekecewaan besar. Maafkan jika kekecewaan itu tak dapat kubungkus rapat-rapat menjadi hadiah yang indah untuk dikenang di masa depan kita.
Dan oleh karena itu tulisan ini ada, agar dibukakan pintu maaf, berharap setiap kekecewaan itu perlahan-lahan menghilang dari hati kita..
#Repost with minor changes#
Well yah.. Maksud hati gak pingin balas-balasan tulisan, tapi kok rasanya butuh media untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran, dengan harapan bisa menjembatani sebuah gap yang baru kusadari sepertinya akan membesar dan kurasa tidak baik jika kubiarkan begitu saja. Semoga tulisan ini mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan perasaan kecewa itu perlahan-lahan menghilang. Semoga.. Semoga.. Semoga..
Huuffff, bukan hal mudah ternyata menata hati itu.. Semakin kusadari saat ini, mengapa saya lebih banyak diam ketika sesuatu bergejolak dalam hati. Semakin kusadari juga sejatinya saya adalah orang yang mudah sekali terpancing jika kondisi sekeliling dirasa kurang kondusif. Semuanya dapat terlihat jelas ketika saya kecewa, marah, sedih, bahkan bahagia. Hehehe, sampai saat ini belum bisa mengatasinya dengan baik, hanya berusaha agar terus tidak menyakiti hati orang lain.
Namun terkadang sesuatu itu memang boleh jadi tidak pada tempatnya. Selama ini mungkin, "diam"-ku membuat kebanyakan orang bertanya-tanya, pernyataan dan sikapku menorehkan luka yang dalam di hati seseorang, apalagi sahabat sendiri. Dengan segala kerendahan hati ingin sekali mengumpulkan mozaik-mozaik menjadi sebuah kata maaf dan berharap tidak terjadi lagi hal-hal seperti ini di kemudian hari. Dan oleh karena itu tulisan ini ada..
Umm, butuh sekitar beberapa jam untuk kemudian memutuskan membuat tulisan ini. Banyak hal yang kupikirkan ketika membaca notes itu dan bagaimana menanggapinya dengan baik karena sepertinya disana, kekecewaan itu terlampau dalam. Sungguh pagi ini saya merasa harus berpikir keras, tentang bagaimana sikap dan perilaku saya selama ini. Saya boleh dibilang tipikal orang yang sangat cuek terhadap banyak hal, tapi tidak untuk kali ini. Kubaca notes itu berkali-kali, untuk memahami betul apa yang sebenarnya terjadi. Notes itu mengingatkan saya akan banyak hal. Terutama, bahwa baik buruknya sikap kita maka akan menimbulkan penilaian di mata orang lain. Dan untuk beberapa alasan tertentu hal ini tidak boleh dianggap remeh. Terlebih ketika seseorang telah menjadikan kita panutan baginya. Hal ini lah yang belum kusadari secara penuh sebelumnya.
Selama ini yang terpikir, saya hanya seorang gadis kecil yang merajut mimpi-mimpinya sekuat tenaga agar menjadi mimpi yang besar. Mencoba sebisa mungkin tidak menyakiti hati orang lain karena sadar betul hati ini pun tak kuat jika menerima hal yang menyakitkan. Selalu berpura-pura tegar agar kelak menjadi benar-benar tegar. Selalu berpura-pura kuat agar kelak benar-benar menjadi kuat. Mencoba untuk tidak pernah terlihat marah ketika hati sebetulnya sedang amat sangat marah. Karena kutahu, jika berlanjut maka akan dengan sangat mudah menyakiti hati orang lain..
Tapi kawan, jika kau tanya mengapa.. Maka akan kuungkap alasannya. Jika tidak sekarang, pasti nanti. Karena masih membutuhkan waktu untuk menata hati ini. Dan maafkan jika itu membuatmu kecewa. Mengutip ungkapan salah seorang sahabat, "Orang yang berusaha menjadi kuat terkadang terlihat begitu lemahnya." Mungkin inilah saya selama ini. Sekali lagi mohon maaf atas segala kekecewaan yang ada. Terima kasih telah memberikan sebuah pembelajaran yang berarti. Dan jika tulisan ini belum dapat menjawabnya. Waktu yang lapang selalu ada untukmu menata hati.
Karena kutahu, segala sesuatunya tidak akan pernah sama seperti kelihatannya. Seorang perempuan kuat yang kau kenal selama ini, tak ubahnya seorang anak kecil yang sedang belajar berjalan. Lebih sering terjatuh dan menangis. Hatimu yang kupikir baik-baik saja ternyata menyimpan sebuah kekecewaan tak terbendung. Wajahku yang tertawa di acara reuni itu, ternyata menyimpan sebuah kekecewaan besar. Maafkan jika kekecewaan itu tak dapat kubungkus rapat-rapat menjadi hadiah yang indah untuk dikenang di masa depan kita.
Dan oleh karena itu tulisan ini ada, agar dibukakan pintu maaf, berharap setiap kekecewaan itu perlahan-lahan menghilang dari hati kita..
#Repost with minor changes#
0 comments:
Post a Comment