Di suatu Jumat malam. Ketika gw udah mulai bisa sedikit tertawa membahas masalah saya di sini dengan Fun. Setelah merekap cicilan ini cicilan itu, kirim ke orang tua, sekolah adik-adik, bayar maid, listrik, air, keamanan, makan sehari-hari, daaannn bla bla bla *loh kok banyak ya Fuuun?* Dan ditutup dengan kalimat. "Hiyaaaa, duitnya kurrraaang T_T"
Kemudian terlibatlah kami dalam pembicaraan pendek berikut ini..
"Fun, Fun.. Kamu inget gak masa-masa kita masih ngekost dulu? Kita cuma tidur di tempat tidur keciiiiil, berdua pula. Sempit-sempitan. Semua barang berrrantakan dimana-mana. Dan kita stressss setengah mati waktu kita mau beli rumah, dan kita gak punya duit! Inget gak?"
Fun ngangguk-nganguk.
"Bener kan bahwa matematika Allah beda dengan matematika kita. Bahwa dengan segala cara-cara yang kita gak pernah duga, Allah melimpahkan rejekinya buat kita?" sambung gw.
"Iya, trus Fun bilang gak papa gak punya apa-apa ya, yang penting punya rumah. Punya tempat untuk pulang."
Dan tiba-tiba gw nyeletuk.. "Dulu doanya salah sayang, harusnya kita dulu bilangnya punya rumah dan punya yang lainnya juga."
Kontan tawa kami yang tadinya hanya sedikit itu peccaaahh tak tertahankan. HAHAHAHAHAHA. Entah ketawa miris, entah ketawa seneng ini, we can't almost differentiate it!
"Kamu juga pasti inget donk kalo kita pernah bilang suatu saat kita akan mengenang masa-masa seperti itu dengan tertawa?" lanjutku.
"Iya, dulu kita pernah berjanji untuk itu."
"Let us be it, Fun. Berjanjilah untuk selalu tertawa menghadapi setiap ujian dalam hidup kita. Berjanjilah untuk selalu tertawa bersamaku, Fun."
"Pasti sayang! We will."
June 11, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment