Powered by Blogger.

March 22, 2013

A Second Life: Ketika "Silent Killer" Menyapa

Percaya atau tidak, somehow, mitos yang orang tua jaman dulu suka bilang, itu kadang-kadang ada benarnya. Persis seperti yang saya alami ketika saya hamil kemarin. Memang, sejak awal saya hamil, saya merasakan banyak ketidaknyamanan, bukan hanya mual muntah yang tidak kenal waktu, tapi juga sakit-sakit sering saya alami di bagian pinggang bawah, sehingga saya tidak sanggup berjalan, walaupun saat itu usia kehamilan masih relatif muda, sakit di perut bagian kanan seperti ditusuk-tusuk, dll. Ada beberapa orang yang memang belum mengenal saya dengan baik, memandang bahwa saya 'terlalu manja' dengan kehamilan saya. Yah nama pun, tak kenal maka tak sayang ya.. Jadi, saya mencoba melupakan pandangan-pandangan risih itu.

Beberapa kali obgyn melakukan pengecekan darah dan urin, karena tampaknya beliau khawatir terhadap kondisi ginjal saya saat itu, namun hasil pengecekan darah dan urin selalu mengindikasikan tidak ada yang salah dengan kehamilan, pun dengan ginjal saya. Obgyn saya pun selalu mendukung saya untuk tetap semangat dan yakin bahwa kehamilan akan baik-baik saja.

Saya mungkin berhasil diyakinkan saat itu, namun tidak, ketika saya semakin sering merasakan ketidaknyamanan saat perut semakin membesar, saya semakin tidak mengerti dengan kondisi tubuh, dan ketika saya bermimpi bertemu dengan seseorang. Dia adalah sahabat baik saya. Sahabat baik sekali, sampai saya senang sekali ketika bertemu dengannya di dalam mimpi itu. Ia mengajak saya jalan-jalan keliling kota, persis ketika saya mengenalnya dulu. Saya pun dengan senang menanggapi ajakannya di mimpi itu, sampai saya menyadari, bahwa sahabat saya ini bermaksud mengajak saya ke sebuah tempat yang..sepertinya saya belum ingin mengunjunginya. Sebuah tempat dimana banyak sekali orang-orang berpakaian putih dan melambai-lambaikan tangannya pada saya. Sontak saya menolak, dan mengatakan saya ingin pulang saja dan tidak ingin melanjutkan perjalanan.

Saya terbangun dari mimpi dengan perasaan sangat cemas, mengingat mitos yang sering saya dengar, bahwa jika seseorang yang telah tiada kemudian mengajakmu pergi bersamanya, maka ia ingin kamu menemaninya di alamnya. Merinding. Karena saya baru pertama kali mimpi seperti itu. Dan saat itu, hari kelahiran baby sudah semakin dekat. Logika saya mendadak terlemahkan, dan begitu sangat percayanya dengan mitos tersebut, kemudian merasakan sepertinya akan ada sesuatu yang tidak baik di saat saya melahirkan nanti.

Dengan takut-takut saya bercerita kepada seorang sahabat saya yang kebetulan juga mengenal sahabat saya yang telah tiada itu. Awalnya saya tidak ingin menceritakan hal ini pada Ibu saya, namun saya pikir, Ibu adalah orang pertama yang paling memahami saya, maka kemudian saya bercerita pada Ibu. Sesuai saran sahabat dan Ibu saya, akhirnya saya mengirimkan doa dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an khusus untuk sahabat yang telah tiada itu. Saya mencoba untuk positive thinking, hmm bahwa mungkin sahabat saya sedang kangen saya :) karena saya sudah lama sekali tidak mengunjungi makamnya.

Tidak lama setelah saya mendapat mimpi itu, saya semakin merasa bahwa kondisi saya memburuk. Saya mulai sulit buang air kecil, sulit tidur, stres dan mulai bengkak-bengkak. Saya mulai panik ketika merasakan bengkak yang tidak wajar dan berat badan saya meningkat drastis. Padahal frekuensi muntah saya lebih tinggi dari frekuensi makan. Jadi, rasanya aneh ya, jika berat badan meningkat drastis tanpa ada asupan makanan berlebih.. Saya kemudian menghubungi Obgyn dan beliau meminta saya untuk melakukan test urin.

Singkat cerita, mitos itu sepertinya benar. Berdasarkan hasil cek urin, pemeriksaan tekanan darah, dan kondisi tubuh, Obgyn menyatakan saya mengalami Preeclampsia. Hmm, saya sendiri pada saat itu belum memahami betul apa itu Preeclampsia, yang saya tahu bahwa Preeclampsia itu, mengerikan. Mengerikannya seperti apa saya pun belum terbayang saat itu. Tapi menurut Obgyn saya, berikut adalah penjelasan mengenai Preeclampsia..

"Preeclampsia atau keracunan kehamilan itu, kondisi dimana kehamilan merupakan racun bagi tubuh. Seharusnya kehamilan merupakan sesuatu yang normal bagi tubuh. Namun, dalam hal ini kehamilan menjadi racun dan racun harus segera dihilangkan dari dalam tubuh, dengan cara menghentikan kehamilan. Jadi pertanyaannya sekarang adalah, kapan baby akan dilahirkan?"

Saya dan Fun mendadak lemas saat itu. Kami belum siap menghadapinya. Saya jujur saja tidak siap jika harus dilakukan operasi. Saya dan Fun selama ini sepakat bahwa, melahirkan dengan normal adalah cara terbaik dalam melahirkan bayi, maka saya sebelumnya sudah mempelajari hypnobirthing, sering mengajak baby berkomunikasi agar dapat berkoordinasi dengan baby di proses kelahiran. Posisi Kicca saat itu sudah masuk panggul dan siap untuk dilahirkan secara normal. Namun di hari itu saya 'ditodong' kapan saya siap dioperasi??? Oh no..

Dari hasil test urin, menunjukkan bahwa kondisi preeclampsia saya sudah cukup berat. Jadi, sebaiknya operasi segera dilakukan karena hal ini membahayakan bagi saya dan baby. Finally we had a deal, 2 hari setelah saya divonis mengalami preeclampsia, saya menjalani operasi caesar, dengan sebelumnya diberikan suntikan untuk mematangkan paru-paru baby, yang memang belum memasuki masa dilahirkan.

Tepat di usia kehamilan 37 minggu, akhirnya saya memberanikan diri masuk ruang operasi. Kondisi saya saat itu sudah tidak sanggup berjalan, karena kondisi kaki seperti ini:


Sebetulnya, bengkak itu ada di sekujur tubuh saya, hingga dokter anestesi pun kesulitan saat hendak menyuntikkan obat bius, karena cairan di mana-mana. Alhamdulillahnya, seluruh tim medis, mulai dari Obgyn, bidan, perawat, sangat membantu saya untuk menenangkan diri. Obgyn saya sempat ajak foto-foto dulu sebelum operasi :)


Selama operasi berlangsung, dokter anestesi tahu bahwa saya ketakutan kala itu. Dia membelai saya sambil mengatakan, "Tenang ya.. Operasinya belum dimulai kok, operasi baru dimulai kalau kamu udah tenang." Padahal saya tahu, perut saya seperti digergaji :) dan tiba-tiba terdengar suara tangisan dari bayi mungil ini:

Kicca, fresh from the womb :)


Dan segala ketakutan saya sepertinya hilang ketika beberapa menit kemudian, seorang bidan mengatakan.. "Ibu.. Ada yang ingin memberikan senyuman manis.." Dan bidan itu mendekatkan malaikat kecil itu untuk saya cium. Satu kata, bahagia. Masih tidak percaya bayi cantik itu milik saya.

Our first kiss. Nice to have it, dear baby girl.

Selesai operasi, saya dibawa ke ruang pemulihan. Saya melihat pemantauan tekanan darah saya yang masih cenderung tinggi dengan perasaan campur aduk. Oya, Ibu hamil dengan preeclampsia akan memiliki tekanan darah tinggi, walaupun sebelumnya tidak pernah memiliki tekanan darah tinggi. Untuk itu, saya memerlukan pemantauan khusus. Setelah kondisi saya mulai normal, saya dibawa ke ruang perawatan. Oh I couldn't wait to see my baby Kicca!

Saya melihat Fun dan Mama begitu senang, sambil berkali-kali bilang.. "De.. Bayinya lucu, putih, cantik. Matanya sipit seperti ade bayi dulu."


Alhamdulillah, walaupun saya sering muntah bahkan mengalami preeclampsia di akhir kehamilan, Kicca lahir dengan selamat dan sehat, tidak kurang satu apapun. Berat badan pun memadai..


Setiba saya di kamar perawatan, ternyata salah seorang teman saya, Simon sudah menunggu kami di sana. Simon ini sangat rajin menjenguk saya, mulai dari hamil, operasi, pasca operasi. Terima kasih Simon :) Saat bertemu Simon di kamar perawatan itu, kondisi saya sudah mulai tidak dapat bicara. Entah mengapa tenggorokan seperti tersumbat. Saya meminta istirahat, sambil menanti perawat membawa Kicca pada pelukan saya.

Saya dan Fun sepakat untuk memberikan ASI Eksklusif, yang sudah pastinya say NO to Sufor. Oh yeah, idealis sekali bukan? Jadi, di awal registrasi, kami sudah menyatakan bahwa kami tidak bersedia baby diberikan sufor. Kami juga sepakat untuk melakukan rooming in, dimana saya dan Kicca dalam ruang perawatan yang sama. Saya tidak ingin jauh-jauh dari bayi cantik saya :)

Namun, tepat setelah selesai masa berpuasa saya pasca operasi, saya mendadak batuk-batuk parah. Parah sekali dan saya belum pernah mengalami sebelumnya. Jadi terbayang ya, bagaimana rasanya luka operasi yang terkoyak-koyak dengan gerakan batuk saya? Dari luka operasi yang terasa sangat sakit sekali itu, sampai tidak terasa sakitnya karena sesak di dada melebihi segalanya. Ya! Saya merasakan sesak yang sangat, sampai rasanya saya tidak dapat bernafas sama sekali. Sama sekali.

Karena kondisi saya memburuk, Kicca yang awalnya rooming in dengan saya, segera dipindahkan ke ruang perawatan bayi. Pukul 11 malam saya minta Fun memanggilkan dokter jaga, untuk mengecek kondisi saya, karena saya merasa kondisi tubuh semakin melemah dan tangan mulai membiru. Saya merasakan suasana kepanikan di sana. Dokter segera meminta agar saya diambil darah dan dilakukan foto rontgen. Terbayang kan? Saat itu saya masih harus terbaring, namun harus dilakukan pengambilan darah di pembuluh arteri, yang rasanya sakit sekali, seperti disetrum. Belum lagi, sesak yang melanda. Sesak akan terasa lebih baik jika posisi jantung lebih tinggi, padahal saya belum boleh duduk pasca operasi.

Di malam itu saya merasa kematian sepertinya sedang menjemput saya. Entah mengapa saya kembali teringat mimpi saya bertemu dengan sahabat saya yang sudah tiada itu. Entah sugesti orang yang sudah setengah tidak sadar atau apa, saya merasa sahabat saya hendak menjemput saya. Rasanya takut sekali, satu hal yang terpikirkan saat itu adalah, bagaimana Kicca jika saya tidak ada? Bukankah saya berjanji untuk mendampingi Kicca sampai ia dewasa nanti? Saya ingin melihat Kicca belajar berjalan, sekolah, wisuda, menikah, bahkan saya ingin menimang cucu saya dari Kicca nanti. Sambil berusaha bernafas, saya mencoba menguatkan diri. Di samping saya, Mama dan Fun sibuk membacakan doa-doa sambil membelai-belai saya.

Jam 1 malam, berdasarkan hasil pengecekan darah dan foto rontgen disimpulkan saya mengalami radang paru-paru! Semakin lemas. Saya bingung setengah mati, bagaimana bisa saya mengalami radang paru-paru sementara saya tidak pernah merokok, dan saya paling galak ketika ada orang merokok dan buru-buru menjauh.

Di pagi hari saya merasa lebih baik. Saya diminta untuk belajar berjalan pasca operasi. Saya pun tidak sabar ingin menimang dan menyusui Kicca. Alhamdulillahnya, di pagi hari itu kolostrum mulai keluar dan saya dapat menyusui Kicca. Namun, lama-kelamaan, kondisi saya melemah lagi. Jadi, terpaksa Kicca dikembalikan ke ruang perawatan bayi. Setelah internis melakukan pengecekan, saya diminta bedrest dengan bantuan oksigen karena tubuh saya kekurangan oksigen. Dokter juga mulai menggenjot saya dengan antibiotik dan nebule. Dan saya mulai menerima kenyataan bahwa saya tidak bisa menyusui dan mengikhlaskan Kicca untuk menerima sufor. Sedih, kawan! :(

Walaupun dalam keadaan lemah, tetap ingin menyusui.

Sementara di malam hari, saya selalu mengalami sesak hingga saya selalu ketakutan jika menghadapi malam. Karena trauma dengan peristiwa di malam saya setelah operasi, saya meminta Fun untuk tidur di sebelah saya. Jadi tempat tidur pasien yang sempit itu, terpaksa harus menopang kami berdua :) Saya hanya bisa memeluk Fun hingga pagi, karena sesak sangat mengganggu saya dan saya baru tertidur ketika pagi datang.

Saya beberapa kali menjalani foto rontgen untuk melihat perkembangan paru-paru saya. Diagnosanya masih sama, saya menderita radang paru-paru, kemudian saya dipindahkan dari maternity ward ke perawatan biasa, karena dikhawatirkan mengganggu pasien lain. Maklum, cuma kelas 1. Sementara Kicca dititipkan di NICU, padahal kondisinya baik-baik saja. Sedih sekali rasanya saya tidak diperbolehkan bertemu Kicca. 

Pernah satu kali, ketika saya merasa sedikit membaik, saya memaksa ingin melihat Kicca dari luar ruangan NICU. Dengan bantuan kursi roda, akhirnya saya berhasil melihat Kicca dari jendela. Rasanya, sesuatu mencekat saya, sedih tak tertahankan. Seolah Kicca berbicara pada saya, "Take me Okasan. I need you." Saya buru-buru meninggalkan NICU karena tidak kuat. Saya baru mengetahui bagaimana rasanya seorang Ibu 'dipisahkan' dengan anaknya. Setiap mengingat hal ini saya pasti menitikkan air mata, bahkan ketika saya menuliskannya sekarang.

Orang yang berhak mengunjungi Kicca hanyalah Fun. Untuk itu, setiap jam Kunjungan Otosannya Kicca selalu mengunjungi Kicca di NICU dan mengirimkan video-video Kicca sehingga saya tetap dapat mengetahui keadaannya.




Setelah menjalani perawatan di RS selama 10 hari dan berdasarkan perkembangan hasil rontgen saya diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Namun, ternyata saya belum pulih benar, sesampainya saya di rumah, saya kembali sesak. Saya tidak dapat tidur sama sekali, karena saya memang tidak dapat bernafas. Sempat terpikir untuk kembali ke rumah sakit, tapi saya tidak ingin terpisah dengan Kicca lagi. Akhirnya, setelah mengalami perjuangan berat melawan sesak, saya mencari second opinion ke dokter spesialis paru-paru di rumah sakit lain. Jadi ternyata saya mengalami preeclampsia dengan edema paru. 

Di sana saya menjalani serangkaian pengecekan darah. Dan ternyata protein urin malah memburuk menjadi +3. Saya semakin sedih dan bingung, tidak tahu harus bagaimana saat itu. Namun saya mengikuti semua rekomendasi yang diberikan dokter, yaitu dengan mengkonsumsi vitamin E, putih telur 12 butir sehari untuk mengembalikan kadar albumin saya yang jauh di bawah normal, mengkonsumsi obat pengurang sesak, dan untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh. Benar saja, setelah cairan dan bengkak menghilang, saya tidak lagi mengalami sesak.

Kemudian saya menjalani pemeriksaan di dua RS besar itu, jadi jangan tanya biayanya ya. Alhamdulillah, masih di-cover perusahaan, kalau tidak, saya bingung harus menjual sawah siapa untuk membayar semuanya. Di RS tempat saya mencari second opinion, sempat menduga saya mengalami GNA (Glomerulus Nefritis Akut) karena kadar protein urin saya yang kadang membaik, kadang memburuk, dan kemungkinan saya harus menjalani biopsi pada ginjal saya. Astaghfirullah, saya sedih, takut, bingung, terlebih waktu dokter berpikir apakah saya mengidap lupus. Namun dokter lebih berat kepada saya mengalami GNA dan memberi saya obat untuk gagal ginjal. Ya Allah, selepas itu saya sering menangis dan sejak saat itu maag saya mulai kambuh.

Akhirnya, saya optimis dengan diagnosa internis di tempat saya melahirkan, bahwa saya hanya mengalami preeclampsia dan beliau selalu menyemangati saya, "Nanti juga sembuh sendiri." Hari berlalu, minggu berlalu, bulan pun berlalu dan kondisi ginjal saya masih belum pulih juga. Padahal, dokter anak Kicca menyarankan agar saya tidak mengasuh bayi demi pemulihan saya sendiri, dan saya mengikutinya, tapi tetap, kondisi saya tidak membaik dan ASI saya semakin mengering. Sampai pada akhirnya, kami memutuskan untuk meng-hire seorang baby sitter, karena saya tidak sanggup menjaganya.

Berkali-kali saya memohon agar saya diberi kesehatan agar saya dapat menjaga Kicca. Alhamdulillah, tepat di tanggal 22 Januari 2013, di hari ulang tahun pernikahan kami, saya mendapat hadiah bahwa protein urin saya sudah normal dan ginjal saya tidak bermasalah. Saat itu Ibu saya langsung menciumi saya. Kami semua lega dan bersyukur sekali diberi kesehatan yang terus membaik.

Di tanggal 7 Februari 2013 yang lalu, saat Kicca tepat berusia 3 bulan, saya kembali menjalani perawatan di RS untuk memantau efek preeclampsia dan mengobati lambung. Lagi-lagi saya berteman dengan infus. Saya menjalani perawatan selama 7 hari, termasuk rontgen plus pemeriksaan kondisi mata yang khawatir terkena efek preeclampsia. Alhamdulillah hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik, paru-paru saya sudah kembali normal seperti sebelum mengalami preeclampsia dan saya diperbolehkan pulang.

Saya sempat mengeluarkan unek-unek saya pada salah seorang dokter saya, bahwa saya lelah menjalani pemeriksaan ini dan itu, dan saya bertanya, apakah preeclampsia itu mengerikan? Beliau menjawab, "Preeclampsia itu sangat mengerikan. Ia merusak tubuh secara perlahan-lahan. Mulai dari tekanan darah tinggi, ginjal rusak, paru-paru terendam air (seperti yang saya alami), jantung terganggu, dan bisa sampai ke otak.Itulah mengapa, Preeclampsia sering disebut silent killer."

Believe me momies, I don't want you to have this such thing. Kalau saya boleh memohon, saya ingin tidak ada lagi seorang pun mengalami preeclampsia di dunia ini. Karena sekarang saya memahami betapa mengerikannya.

Terakhir kontrol ke internis kemarin, dokter menyatakan tidak ada yang serius dan saya tidak perlu melakukan kontrol lagi, semuanya sudah dalam kondisi normal. Alhamdulillah ya Allah, telah memberikan kesempatan untuk hidup kembali dan diberikan nikmat sehat *sujud syukur*. Dan setelah perjalanan panjang, saya memiliki malaikat kecil yang cantik ini..



Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menjenguk saya baik di RS maupun di rumah, yang telah mendoakan saya sehingga saya berhasil melaluinya. Semoga kita semua dalam keadaan sehat tidak kurang satu apa pun. Amin



PS: Buat yang ngeributin bahwa melahirkan dengan caesar lebih enak dari melahirkan normal, atau anak lo anak ASI ato anak Sufor. Please judge me :)

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger Template by Emporium Digital 2008

Back to TOP